Selamat siang, Semoga selalu diberikan nikmat kesehatan, rezeki dan lain-lainnya. Kisah tragis Dyah Pitaloka saat naik panggung di Korea Selatan begitu membuat haru-biru para penonton. Ini merupakan salah satu aksi para pelajar asal Indonesia memperkenalkan budaya pada dunia, tidak ada salahnya bukan..? Karena negara-negara tetangga akan lebih mengenal dan mengetahui kekayaan budaya serta keberadaan negara kita tentunya. Seperti halnya berikut artikel yang saya ambil dari kbriseoul.kr para pelajar yang belajar di Korea Selatan yang mempertunjukkan salah satu kekayaan budaya Indonesia disana.
"Tragedi Perang Bubad" yang berujung pada
tragisnya kematian Puteri Dyah Pitaloka, Puteri Kerajaan Sunda, menjadi
gong penutup yang mengharu biru seluruh penonton yang memadati
Auditorium Kyungsung University, Busan, 4 November 2017. Alunan lagu
Bubui Bulan yang didendangkan langsung oleh sang Puteri sebelum
melakukan Belapati atas tewasnya ayahanda Raja Linggabuana dengan
menusukkan kerisnya, tak pelak membuat penonton ikut dirundung kesedihan
mendalam, seolah ikut merasakan kepedihan yang dirasakan sang Puteri.
“Ceritanya sangat menarik, saya bisa
merasakan kepiluan yang digambarkan. Selain itu, saya juga sangat
menikmati berbagai tarian yang ditampilkan. Penuh warna warni. Semuanya
indah. Saya semakin menyadari kalau kebudayaan nusantara itu begitu
beragam sejak jaman dahulu,” ungkap Seunghack, salah satu penonton warga
Korea Selatan yang rela antri untuk mendapatkan kursi dibagian depan.
Drama Tari berjudul “Belapati, the
Dangerous Kind of Ambition” digagas oleh Asosiasi Mahasiswa Indonesia di
Universitas Kyungsung sejak tujuh bulan lalu. Acara tahunan bernama
“Knock Knock Idonesia” ini merupakan pentas terbesar mahasiswa asing di
universitas Kyungsung. Setelah tahun 2016 sempat vakum, asosiasi
tersebut kembali memberikan hiburan mendidik kepada masyarakat Korea
termasuk akademisi universitas tempat mereka belajar. Tak kurang dari
400 orang, termasuk para dekan dan professor Universitas Kyungsung ambil
bagian menyaksikan acara yang digelar sepanjang 90 menit tersebut.
Selama tujuh bulan penuh para mahasiswa
yang tergabung dalam asosiasi melakukan latihan rutin di sela-sela
kegiatan belajar dan praktikum. Hasilnya, sajian apik yang terdiri dari
unsur drama, tari, dan musik tradisional Indonesia sanggup menawan
siapapun yang hadir pada malam itu. Kisah yang dicuplik dari Serat
Pararaton berlatar sejarah tahun 1279 Saka ini digarap oleh 93 mahasiswa
Indonesia anggota asosiasi mahasiswa Indonesia tersebut. Mereka dibagi
menjadi berbagai divisi seperti divisi tari, divisi musik dll yang
melakukan latihan secara terpisah sesuai dengan waktu luang yang mereka
miliki.
“Knock, Knock, Indonesia” hadir pertama
kali pada tahun 2012. Sebelumnya, mereka mengadakan pentas tahunan
berupa tarian ataupun opera yang bertemakan berbagai legenda ataupun
cerita rakyat seperti Bawang Merah dan Bawang Putih. Tahun 2016 kegiatan
ini sempat terhenti, dan tahun ini Knock Knock Indonesia hadir dengan
konsep baru yang membawa penyegaran dalam sisi tema yang diangkat, yaitu
berdasarkan sejarah nusantara.
Duta Besar RI untuk Korea Selatan Umar
Hadi yang mendukung penuh kegiatan ini senantiasa menegaskan bahwa
mahasiswa merupakan ujung tombak promosi budaya Indonesia. Disela sela
waktu belajar mereka, pelajar Indonesia terbukti mampu menjadi corong
utama pengenalan seni dan budaya Indonesia di Korea Selatan.
Asosiasi Mahasiswa Indonesia di
Universitas Kyungsung terdiri dari 94 mahasiswa. Angka ini merupakan
jumlah mahasiswa asing terbesar dari satu negara di universitas
tersebut. Dr. Taioun Kim, Dekan untuk Urusan Kerja Sama Eksternal
mengakui bahwa mahasiswa asal Indonesia merupakan pelajar top di
universitas Kyungsung karena komitmen dan dedikasinya terhadap berbagai
mata kuliah yang diambil. Tak pelak, kegiatan sebagaimana Knock, Knock,
Indonesia ini mendapatkan dukungan dari pihak universitas.
Selain menghibur, kegiatan semacam ini
dianggap mampu menjembatani pengetahuan budaya asing bagi masyarakat
Korea ataupun komunitas asing lainnya yang tengah menempuh pendidikan di
sana. Terbukti, sebagaimana pelaksanaan pada tahun-tahun sebelumnya,
Knock, Knock, Indonesia mampu mendulang apresiasi dan tanggapan positif,
bukan hanya dari masyarakat Indonesia yang bermukim di Korea, tapi juga
masyarakat Korea dan masyarakat asing di sana.
Untuk itulah para pemuda generasi bangsa teruslah semangat dalam berkarya. Semoga bermanfaat. πππ
Komentar
Posting Komentar